Rabu, 27 Oktober 2010

Cerpen

1. Daun yang Menyentuh Keningmu Cerpen Muhammad Aris
  "ADAKAH engkau mengerti, Malam, daun yang jatuh dan menyentuh keningmu yang langsat itu, kini, masih seperti dulu, hijau kekuningan seperti wajah matahari pagi hari, di sela rimbun dedaunan taman kita?! Dan, tahukah engkau, Malam, di mana daun itu sekarang?! Di sini, Malam, di sini, di telapak tanganku. Telapak tangan yang katamu selalu berbau lumpur sawah......
2. Kecupan Ombak Cerpen Tary
Seperti senja kemarin, aku melihatmu berdiri di sana. Tegak menghadap laut. Wajahmu yang manis terbingkai kerudung hitam. Warna kesukaanmu. Angin mengajakmu bercanda, mempermainkan baju panjangmu hingga berkibar......
Kubaringkan tubuh telanjangku di atas pasir putih menghadap ke langit, memandang terpana pada bintang-bintang menggelantung yang mengedipkan matanya hingga mirip lampu kecil sampan-sampan nelayan di tengah hamparan biru laut sana ....
Berkunjunglah di ranah ini lagi. Ingin kutemui segala bentuk ocehan filusufmu, humor estetismu, dan kritik agamismu. Tatap matamu yang berbinar melewati kaca mata bening sungguh amat kurindukan. Datanglah meski sekejap, seperti dulu, mengomentari judul buku yang tertarik kau beli... 
ku merantau maka aku ada, seseorang pernah berkata tentang dirinya, dan membuat kota rantauannya tiada. Tapi, di kampungku, orang-orang merantau maka kota-kota ada.... 
Bibirnya kelu. Kata-kata Bapak yang menghantam gendang telinganya, terasa menyakitkan. Gadis beranjak dewasa ini hanya dapat tertunduk. Diam-diam melipat ujung bajunya. Membiarkan gerai air mata menjalari pipi, menitik dan menindas lantai papan dengan bunyi tetes halus...
7. Romansa Merah Jambu
Bagi Gadis, menyendiri di tepi danau, menunggu seseorang yang pernah berjanji padanya tidak cuma bingung dan termenung.
Dia pergi ke tepi danau di tengah hutan setelah usai memanen padi ladang bersama Bapak dan Emak. Bila akan pergi ke tepi danau berair biru jernih itu, dia tak lupa membawa beberapa lembar kain belacu putih dan peralatan menyulam... 
Lelaki itu beruntung, desisku. Kulihat lelaki yang menimang bayi berdiri di sebelahmu yang juga menggendong bayi. Kukira usia bayi itu sekitar tiga bulan. Ketika kau tunjukkan fotomu bersama keluarga dari dalam tas jinjing...
Mataku menatap biru di bawah situ. Laut. Laut yang mencium langit. Ataukah langit yang mencium laut? Tidak ada yang tahu. Aku hanya mendapati ketika mereka tengah berciuman. Biru. Laut biru berombak seakan seluruh tubuhnya ingin menggapai dan menyentuh.... 
10. Perempuan Shalat di Tengah Malam
Perempuan yang selalu shalat di tengah Kila. Sementara itu, suaminya lebih suka memanggilnya Laila.
Suaminya merasa beruntung telah memperistri Akila. Pada waktu itu, banyak orang tua merasa iri dan para pemuda merasa kalah demi melihat ia menyunting Akila. Namun, para gadis merasa gembira begitu Akila menikah.... 
Tak ada yang kita tinggalkan kalau kita berjalan mundur....  
Kalimat itu berputar-putar dalam pikiran Ruminah, semacam sugesti yang kuat. Ia mendapatkan kalimat itu dari sebuah buku puisi berjudul Pada Bantal Berasap. Di situ tertulis nama pengarangnya, Afrizal Malna. Siapa ia, Ruminah tidak tahu. Ia hanya menemukan buku itu di atas meja, sepertinya milik tamu ayahnya yang ketinggalan--atau sengaja ditinggal?...
12. Martini Pulang Pagi 
Begitu mendekati mulut lorong yang menuju ke rumah kontrakannya, Martini bilang kepada Mamang, tukang ojek langganannya, ?Stop di sini saja, Mang !? ?Lho, kok tidak sampai ke depan rumah, mBak ?? tanya Mamang.....